Hari Guru Sedunia, yang jatuh pada tanggal 5 Oktober , merayakan peran pendidik dalam membentuk masa depan dan menyoroti perlunya dukungan mereka. Tema tahun ini, 'Menghargai suara guru,' menekankan masukan penting guru dalam kebijakan pendidikan untuk menciptakan sistem pendidikan yang tangguh dan adil.
Ini bahan diskusi yg bagus dan relevannya :
Tentang ungkapan Pak Mendik.
https://nasional.tempo.co/amp/1923685/nadiem-makarim-indonesia-telah-lakukan-transformasi-besar-dalam-sistem-pendidikan
Sementara itu Pak JK berpendapat bahwa https://monitorindonesia.com/pendidikan/read/2024/09/595158/jk-sebut-nadiem-makarim-gak-ngerti-pendidikan-minta-presiden-selanjutnya-tak-salah-lagi-pilih-menteri
Kurikulum Merdeka itu Das sollennya Bagus.. Berbasis layanan yang berdiferensiasi.
Model nya Finlandia..
Das sein-nya :
Jumlah MP yg terlalu banyak Fase E : 16 MP. dan Fase F 13 MP.
Rasio guru siswa per kelompok belajar sangat tinggi.
Belum lagi JUMLAH kelas paralelnya yang banyak pula.
Akhirnya tetap akurasinya kurang signifikan.
Diferensiasi pada tahapan proses bisa disiasati berbasis Porto folio, tapi asesment tetap saja 4 interval : istimewa, Memuaskan : Baik dan Cukup.
Akhirnya, sesuai dengan etimologisnya paedagogik adalah mengasuh anak, maka anak sudah hadir di KBM saja sudah dapat nilai 75.. 80..
Sesuai dengan kebanyakan dari mereka yang memilih klasikal bahwa kehadiran mereka di sekolah adalah ibadah menyenangkan orang tuanya...
Tidak ada yang cerdas di semua MP... Apalagi MP nya di kitamah termasuk paling banyak..
Standar minimal nya mereka aman dalam pendampingan guru..
Yang serius mendapatkan ketuntasan maksimal mah, cukup diwakili yang kelompok atas saja (pintar dan istimewa)..
Kadang guru harus memberi kesempatan makan dan tidur sejenak (khalilullah) di kelas dengan kesepakatan bersama.
Video tiktok : 5-8 menit tidur sekejap ..menjelang dhuhur. https://vt.tiktok.com/ZS2WBqJ54/
Untuk mencapai kenyamanan belajar optimal, selain mendekatkan siswa dengan contextual learning, kita harus membawa siswa melaksanakan KBM di luar kelas.
https://vt.tiktok.com/ZS2WBsvCp/
Beberapa suara guru yang sempat terekam diantarnya :
Implementasi Kurikulum Merdeka berbuah banyak keluhan dari para guru. Di antara banyak elemen yang merasakan dampak, guru lan⁶jut usia dan guru di daerah pelosok jadi yang merasakan tantangan berat.
Kurikulum Merdeka banyak berdampak pada sistem kerja guru. Banyak program turunan seperti Guru Penggerak serta diklat dan pelatihan di Platform Merdeka Mengajar yang sejak 2022 jadi beban baru bagi para guru.
Self claim DR. Nadiem bahwa pendidikan meningkat kualitasnya dengan menerapkan berbagai aplikasi... Terlalu gegabah...
DR. Nadiem terlalu naif melihat Indonesia adalah Jakarta... Sehingga dengan segala kecanggihan yg ditetapkan dr tim teknologinya, dianggap membuat pendidikan Indonesia melompat... Nadiem tidak perhatikan, berapa banyak yg tertinggal saat lompatan dilakukan, betapa banyak yg jatuh saat lompatan dipaksakan... Padahal pula pendidikan Indonesia bukan kodok yg suka melompat...
Ya .. Pasilitas di pelosok, khususnya 3T BELUM MEMADAI..
Sebaiknya Program Guru Penggerak itu difokuskan untuk wilayah 3 T dengan berbagai tambahan anggaran penunjangnya....
Bahkan dalam selorohan--selorohan :
"Banyak lompatannya .. Guru melompat lompat dr aplikasi yg satu ke aplikasi yg lain, utk tanda tangan aplikasi khusus lagi ,utk membeli meterai aplikasi tertentu beli meterai, kadang tak kaluar, uang sudah dikirim, banyak yang daftar. CPNS dan PPPK. Beli meterai 700 rb, tapi yang keluar cuma satu." Manipulatornya siapa, Kantor Pos atau pemilik aplikasi?"
"Materai aplikasinya masih banyak bug, sering error... Mungkin sedang menutup neraca keuangan BUMN yg sering merugi," selorohnya.
"Kasihan guru SD yang honornya 250 ribu/bulan harus nombokin dari pengasih orang tua atau padangannya," tambahnya.
Berkenaan dengan pemerataan fasikitas, kenyamanan kegiatan pembelajaran seperti yang di clip dibawah tentu saja belum bisa tercipta di wilayah 3T. Ya. Di pelosok (3T) sepertinya, belum seperti dibawah ini.
Makanya mereka memerlukan sekali kompetensi seperti para guru penggerak ..
Bersambung