Imperialisme dan Hegemoni yang jelas berbeda cara dalam modus operandinya ternyata paralel. Kedua jenis interaksi antar kelompok manusia yang dipersonifikasikan dalam format "nation state" itu ternyata sebangun dalam menciptakan jenis interaksi khas antara superior grup dengan inferior grup.
Ketika Istilah Dajjal muncul dilingkup wacana keagamaan, maka karakteristik yang disebutkan adalah sepasang mata yang abnormal (invalid sebelah), tangannya membawa roti dan didahinya tertulis Laknatullaah serta langkah yang panjang, karena lautan pun hanya sebatas mata kakinya.
Mungkin, karena keterbatasan ilmu keagamaan saya, beberapa kali memasuki wacana tentang dajjal telah menggiring saya dan beberapa teman diskusi menuju asumsi bahwa fenomena dajjal sebagai pesan intrinsik (tersirat).
Maka analog/ tamsil dajjal pun terpampang di realitas kehidupan dalam bentuk imperialisme modern. Hanya saja pada realitas kehidupan saya melihat dajjal sebagai sebuah sistem yg dibangun oleh sebuah kelompok manusia. Dengan mata satunya dajjal menentukan keputusan yang berat sebelah (tak berkeadilan), mengiming-imingi pendanaan pada kelompok lain yang pernah menjadi sapi perah sistem mereka diperiode sebelumnya. Dajjal pun mampu melintasi pulau-pulau dengan cepat dengan pesawat-pesawat jet dan kapal-kapal induknya. Tulisan Laknatullah yg hanya bisa dibaca orang Mu'min memgisyaratkan kekuatan bashirah (mata hati), bukan ainun (mata raga), dimana mata hati itulah yang bisa membedakan pendanaan yg dilakukan sebagai pertolongan atau jebakan belitan hutang berbunga-bunga (ala rentenir).
Bagaimana diskusi wacana tentang Ya'juj dan Ma'juj difahami dengan keterbatasan ilmu keagamaan saya ?
Hanya karena bahasan Dajjal itu masuk kedalam bagian tafakkaru fii khalqillaah (kajiana atas Ciptaan Allaah), bukan fii dzaatillah (kajian eksistensi tuhan), maka saya pun membaca analog Ya'juj dan Ma'juj yang dikatakan dua makhluk perusak yang dikurung di dua bukit sebagai dua kelompok manusia dengan faham-faham merusak yang pernah mendapatkan "embargo" atau membatasi hubungan dengan bangsa lainnya dengan ibarat "tirai bambu". Kedua sejoli ini, bagaikan kakak beradik. Merka datang merusak bukan hanya dari luar, akan tetapi merasuk kedalam pembahasan kebijakam kelompok yang menjadi bagian dari "hegemoni"nya.
Sangat susah mengalahkan mereka, karena cengkraman mereka dalm bingkai imperialisme modern dan hegemoninya sudah mampu menjadikan ikatan bangsa inferior yang selalu diganggu kemerdekaannya dengan modus operandi devide et impera (belah bambu).
Sangat berat menghadapi Ya'juj, karena, jika diasumsikan sebagai kelompok, maka kelompok ini merupakan satu kelompok mayoritas manusia yang terbingkai di dalam satu "nation state" di dunia saat ini. Jika suatu bangsa (nation state) berkonflik dengan Ya'juj, tentu saja mereka harus berpikir ulang puluhan kali, memgingat jumlah mereka yang luar biasa banyak itu, tak menjadikan mereka takut sedikit pun, karena kehilangan satu arau dua ratusan juta bangsanya, sepertinya tak akan menjadi kerugian yang signifikan, bahkan mungkin menjadimortir bagi keberhasilan misihegemoni mereka, sekaligus mengurangi kewajiban negara untuk memenuhi hajat hidupnya.
Semntara itu Ma'juj yang bagaikan adik dari Ma'juj senantiasa berusaha seiringan, tarkala mereka melakukan misi hegemoninya di negara-negara yang dijadikan target sasarannya.
Ketika masuki tataran wacana "Al Mahdi" Sang Pemburu Dajjal yang memgendarai DABBAH, maka keterbatasan Ilmu keagamaan saya pun terasa menguat.
Akhirnya saya, mungkin beberapa teman diakusi hanya sampai pada keaimpulan semntara bahwa yang kami lihat direalitas kehidupan itu, mungkin hanya dajjal-dajjal, Ya'juj Ma'juj kecil yang mengawali akan datangnya DAJJAL, YAJUJ dan MA'JUJ yang sebenarnya yang diberitakan Sang Nabi beberapa abad silam.
Hal lain yang membuat saya tak berani keluar dari dalil qat'i nya para ulama terdahulu yang banyak menerjemahkan fenomena DAJJAL, YA'JUJ dan MA'JUJ serta DABBAH adalah, karena ternyata saya hanya melihat tafsiran atas semua itu berdasar pada perspektif yang sangat sempit, GEOPOLITIS INDONESIA.
Wallaahu 'alam.
Selamat Berlibur bersama keluarga masing-masing
Wassalaam
Sukabumi, 14 September 2019
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih telah membacanya. Sangat saya hargai, jika anda mengisi kolom komentar disini.