"JIKA MENGKLAIM DIRI SEBAGAI SEORANG DEMOKRATIS, JANGAN PERNAH PUTUS ASA UNTUK BERHARAP MENGHARMONISASIKAN ANTARA Das Sollen dan Das Sein PARPOL di Indonesia."
Keberadaan Parpol di negara-negara yang menganut demokrasi adalah sebuah prasyarat mutlak. Bagaimana mungkin sebuah negara yang menganut faham demkrasi tak memiliki parpol politik, sedangkan parpol adalah wadah penyaluran aspirasi rakyat.
Menjadi paradoks/ thaja'iyah, jika karena kekecewaan terhadap parpol mengakibatkan masyarakat bernafsu membubarkan Legislatif. Paradoks, karena menunjukkan kerancuan berpikir. Tatkala disatu sisi, masyarakat menginginkan tegaknya demokrasi, sedangkan disisi lain, masyarakat sendiri menginginkan bubarnya DPR. Bagaimana bisa, sebuah masyarakat yang memilih demokrasi ingin membubarkan produk (wakil rakyat) hasil rekruitmen dan kaderisasi dari prasyarat demokrasi itu sendiri, yakni parpol. Bagaimana tidak, RRC yang merupakan negara yang sakit dalam berdemokrasi pun memiliki partai politik, walaupun tunggal, yakni Partai Komunis China.
Realitasnya masih banyak masyarakat yang masih saja belum bisa membedakan antara politik sebagai das sollen (sesuai yang diharapkan) dengan parpol sebagai das sein (kenyataan yang terjadi).
Di Indonesia, seperti dinegara lainnya, semua parpol memiliki berbagai akar sejarah kelahiran, jargon dan frame perjuangan.
Penamaan pun disesuaikan dengan isu yang diperjuangkan oleh setiap parpol yang telah dilahirkan tersebut.
Menilik pada namanya saja, saya yang bukan ahli politik bisa menafsirkan pesan tebtang isu yg diperjuangkan partai-partai tersebut.
Berdasarkan nama-nama parpol yang ada saat ini, secara bebas saya bisa menduga bahwa seharusnya parpol-parpol itu bergerak atas dasar isu perjuangan untuk konsisten, minimal salah satu dari beberapa hal, semisal :
1. Kebersatuan dalam Membangun Negara
2. Mementinkan kekaryaan
3. Memperjuang demokrasi
4. Memperjuangkan Sifat Amanah secara Nasional
5. Membangkitkan bangsa, dari ketertinggalan tentunya.
6. Memperjuangkan tegaknya keadilan dan tercapainya kesejahteraan
7. Memperjuangkan Hati Nurani Rakyat
8. Memperjuangkan Indonesia Raya
9. Memperjuangkan Nasionalisme yang demokratis.
Pada kenyataan dilapangan (Das Sein) ternyata banyak kader parpol yang malah :
1. Bercerai-berai, karena kepentingan egonya dalam membangun negara
2. Miskin dalam karya-karya yang bebas dari KKN
3. Mengkhianati, bahkan mengkerdilkan demokrasi
4. Tidak amanah secara pribadi, apalagi menaaional
5. Tidak mau bangkit, malah betah dengan ketertinggalan.
6. Mengkhianati keadilan, karena terkunkung ego menaejahterakan keluarga dan kerabat semata
7. Tak memperdulikan hati nurani rakyat.
8. Masih sering membuat gerakan yang mengkotak-kotakkan Insonesia.
9. Cenderung fasis, kadang berbalik tak memiliki patriotisme serta menipu atas nama demokrasi.
Walaupun realitasnya (Das Sein) demikian, namun kita masih berharap ada beberapa kadee parpol yang masih mau melangkah ataa dasar idealisme yang seharisnya (Das Sollen) dilakukan dalam berpolitik.
Sangat diharapkan, dikemudian hari maayarakat bisa memilah antara keberadaan parpol sebagai prasyarat demokrasi dengan sepak terjang kader parpol yang kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Lebih-lebih, jika menyadari bahwa demokrasi merupakan sistem terbaik dari semua sistem yang pernah hadir didunia yang memang ditakdirkan untuk tidak pernah sempurna.
BERSAMBUNG
Keberadaan Parpol di negara-negara yang menganut demokrasi adalah sebuah prasyarat mutlak. Bagaimana mungkin sebuah negara yang menganut faham demkrasi tak memiliki parpol politik, sedangkan parpol adalah wadah penyaluran aspirasi rakyat.
Menjadi paradoks/ thaja'iyah, jika karena kekecewaan terhadap parpol mengakibatkan masyarakat bernafsu membubarkan Legislatif. Paradoks, karena menunjukkan kerancuan berpikir. Tatkala disatu sisi, masyarakat menginginkan tegaknya demokrasi, sedangkan disisi lain, masyarakat sendiri menginginkan bubarnya DPR. Bagaimana bisa, sebuah masyarakat yang memilih demokrasi ingin membubarkan produk (wakil rakyat) hasil rekruitmen dan kaderisasi dari prasyarat demokrasi itu sendiri, yakni parpol. Bagaimana tidak, RRC yang merupakan negara yang sakit dalam berdemokrasi pun memiliki partai politik, walaupun tunggal, yakni Partai Komunis China.
Realitasnya masih banyak masyarakat yang masih saja belum bisa membedakan antara politik sebagai das sollen (sesuai yang diharapkan) dengan parpol sebagai das sein (kenyataan yang terjadi).
Di Indonesia, seperti dinegara lainnya, semua parpol memiliki berbagai akar sejarah kelahiran, jargon dan frame perjuangan.
Penamaan pun disesuaikan dengan isu yang diperjuangkan oleh setiap parpol yang telah dilahirkan tersebut.
Menilik pada namanya saja, saya yang bukan ahli politik bisa menafsirkan pesan tebtang isu yg diperjuangkan partai-partai tersebut.
Berdasarkan nama-nama parpol yang ada saat ini, secara bebas saya bisa menduga bahwa seharusnya parpol-parpol itu bergerak atas dasar isu perjuangan untuk konsisten, minimal salah satu dari beberapa hal, semisal :
1. Kebersatuan dalam Membangun Negara
2. Mementinkan kekaryaan
3. Memperjuang demokrasi
4. Memperjuangkan Sifat Amanah secara Nasional
5. Membangkitkan bangsa, dari ketertinggalan tentunya.
6. Memperjuangkan tegaknya keadilan dan tercapainya kesejahteraan
7. Memperjuangkan Hati Nurani Rakyat
8. Memperjuangkan Indonesia Raya
9. Memperjuangkan Nasionalisme yang demokratis.
Pada kenyataan dilapangan (Das Sein) ternyata banyak kader parpol yang malah :
1. Bercerai-berai, karena kepentingan egonya dalam membangun negara
2. Miskin dalam karya-karya yang bebas dari KKN
3. Mengkhianati, bahkan mengkerdilkan demokrasi
4. Tidak amanah secara pribadi, apalagi menaaional
5. Tidak mau bangkit, malah betah dengan ketertinggalan.
6. Mengkhianati keadilan, karena terkunkung ego menaejahterakan keluarga dan kerabat semata
7. Tak memperdulikan hati nurani rakyat.
8. Masih sering membuat gerakan yang mengkotak-kotakkan Insonesia.
9. Cenderung fasis, kadang berbalik tak memiliki patriotisme serta menipu atas nama demokrasi.
Walaupun realitasnya (Das Sein) demikian, namun kita masih berharap ada beberapa kadee parpol yang masih mau melangkah ataa dasar idealisme yang seharisnya (Das Sollen) dilakukan dalam berpolitik.
Sangat diharapkan, dikemudian hari maayarakat bisa memilah antara keberadaan parpol sebagai prasyarat demokrasi dengan sepak terjang kader parpol yang kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Lebih-lebih, jika menyadari bahwa demokrasi merupakan sistem terbaik dari semua sistem yang pernah hadir didunia yang memang ditakdirkan untuk tidak pernah sempurna.
BERSAMBUNG
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih telah membacanya. Sangat saya hargai, jika anda mengisi kolom komentar disini.